- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
1. Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat
fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang
ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang
bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs)
yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya
kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas
perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan
dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
2. Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,
stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa
diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya.
Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat
sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya.
Sama halnya dengan
basic needs, kalau
safety needs
ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan
seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun
perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
3. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain.
Ia ingin mencintai dan dicintai.
Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan.
Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam
masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll.
Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara,
sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya
pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
4. Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain,
status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi
dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil
sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan
selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan
yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta
patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor
lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan
sebagainya.
Meta Kebutuhan dan Meta Patologi
Menurut Maslow, meta kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri terdiri dari:
1.Kebenaran
2. Kebaikan
3.Keindahan atau kecantikan
4. Keseluruhan (kesatuan)
5. Dikotomi-transedensi
6. Berkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya)
7. Keunikan
8. Kesempurnaan
9. Keniscayaan
10. Penyelesaian
11. Keadilan
12.Keteraturan
13. Kesederhanaan
14. Kekayaan (banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting)
15. Tanpa susah payah (santai, tidak tegang)
16.Bermain (fun, rekreasi, humor)
17. Mencukupi diri sendiri
Menurut Maslow, jika dari 17 meta kebutuhan di atas tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti:
1. Apatisme
2. Kebosanan
3. Putus asa
4. Tidak punya rasa humor lagi
5. Keterasingan
6. Mementingkan diri sendiri
7. Kehilangan selera dan sebagainya
Salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kebenaran teori yang sudah ada. Dan setelah Teori Maslow ini muncul pula teori-teori para ahli yang lain, baik teori yang memperkuat maupun teori yang mengritik Teori Maslow itu sendiri.
Walaupun Teori Hirarki Kebutuhan Maslow ini sangat populer dan kerap dipelajari di perguruan-perguruan tinggi, akan tetapi bukan berarti teori ini adalah sebuah teori yang sempurna. Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini
dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang
paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu
sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika
mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika. Di sisi lain, Maslow juga berpendapat bahwa kita harus memenuhi tingat kebutuhan yang lebih rendah baru dapat memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Memang idealnya seperti itu, tetapi pendapat tersebut bukanlah sesuatu hal yang mutlak. Sejatinya, bukankah bisa saja kita memenuhi salah satu tingkat kebutuhan yang lebih tinggi tanpa harus memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih rendah? Bagaimana menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar